PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik. Dalam usaha ini pengetahuan yang cukup mengenai tanaman yang bersangkutan sangat diperlukan. Sifat tanaman baik morfologis, anatomis maupun fisiologis perlu dipelajari.
Kenyataan menunjukkan bahwa diantara sifat-sifat yang ada pada tanaman sering kali ada hubungannya satu dengan yang lain. Adanya hubungan diantara sifat- sifat tanaman ini sangat membantu usaha-usaha pemuliaan tanaman khususnya dalam pekerjaan seleksi.
Agar langkah-langkah yang ditempuh dalam ranga usaha pemulian tanaman tepat, maka derajat hubungan yang ada diantara sifat-sifat perlu diketahui. Untuk itu, sangat diperlukan adanya data-data akurat.
Dalam kegiatan seleksi, korelasi antar karakter tanaman memiliki arti yang sangat penting. Untuk mengestimasi suatu karakter tertentu dapat digunakan penduga yang juga merupakan suatu karakter yang lain yang relatif mudah diamati. Seleksi akan efektif bila terdapat hubungan erat anatar karakter penduga dengan karakter yang dituju dalam satu program seleksi. Dalam praktiknya biasanya digunakan karakter morfologis.
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui derajat hubungan antara dua sifat pada tanaman.
2. Mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan.
TINJAUAN PUSTAKA
Korelasi antara dua karakter dapat dibagi dalam Korelasi Fenotipik dan Korelasi Genotipik. Korelasi Fenotipik dapat dipisahkan menjadi korelasi Genotipik dan Korelasi Lingkungan. Oleh karena ini, Korelasi Fenotipik ini selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berati dalam Program Pemuliaan Tanaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi nilai Pemuliaan dari dua karakter yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap Fenotip (Nasir,2001).
Nilai korelasi antara dua sifat tanaman bervariasi, yaitu berkisar antara -1 sampai +1, sehingga dikenal dua macam koefisien korelasi yaitu Koefisien Korelasi Positif dan Koefisien Korelasi Negatif. Korelasi Positif bila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan bertambahnya sifat yang lain. Korelasi Negatif, bila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan berkurangnya sifat yang lain. Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut (Sudjana1983: Soepomo,1968).
Perhitungan koefisien korelasi antara x dan y sebagai ukuran hubungan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, koefisien korelasi dihitung untuk menentukan apakah ada korelasi antara x dan y dan jika ada apakah berarti atau tidak. Kedua, untuk menentukan derjat hubungan antara x dan y jika hubungan itu memang sudah ada atau barang kali diasumsikan ada (Sudjana, 1983).
Ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, korelasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Korelasi sederhana, yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh satusifat yang lain, misalnya panjang malai dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.
2. Korelasi partial, yaitu bila dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tingginya produksi dan tingginya sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit.
3. Korelasi berganda, yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya hasil dipengaruhi olh sifat banyak anakan, ketahanan rebah, ketahanan terhadap hama penyakit, respon terhadap pemupukan dan sebagainya.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Penggaris
2. Timbangan
3. Alat Tulis
4. Alat Hitung (Kalkulator)
B. Bahan
1. Lima buah malai padi varietas IR-64
2. Lima buah malai padi varietas Ciherang
3. Lima buah malai padi varietas Sintanur
4. Lima buah malai padi varietas Cimalaya
PROSEDUR KERJA
1. Masing – masing malai pada setiap varietas diukur panjang malainya, jumlah bulirnya, jumlah biji dan bobot malainya.
2. Hasilnya dicatat dalam tabel.
3. Ditentukan korelasi antara :
a. Panjang malai dan jumlah bulir
b. Panjang malai dan jumlah biji
c. Panjang malai dan bobot malai
d. Jumlah bulir dan jumlah biji
e. Jumlah bulir dan bobot malai
f. Jumlah biji dan bobot malai
4. Ditentukan koefisien korelasinya.
Pembahasan
Korelasi adalah hubungan yang terdapat antara dua atau beberapa sifat (pengamatan), misalnya bentuk susunan akar padi dengan sifat tahan tidaknya terhadap penyakit mentek (Soepomo,R, 1968). Pada empat varietas padi yang telah diukur panjang malainya, jumlah bulir, jumlah biji, dan bobot malainya didapat bentuk korelasi yang berbeda sesuai dengan sifat-sifat yang dibandingkan. Sebelumnya ditentukan dahulu koefisien korelasinya (r), jika r = 0 berarti tidak ada korelasi, r = 0 sampai +1 berarti adanya korelasi positif, r = 0 sampai -1 berarti adanya korelasi negatif (Soepomo,R, 1968). Kemudian dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi tersebut yang dibandingkan dengan standar errornya. Uji ini disebut uji t yang bertujuan untuk menguji kepastian korelasi. Jika nilai t yang didapat ini lebih besar dari nilai t tabel maka koefisien korelasinya nyata, artinya antara kedua sampel saling mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan lima varietas padi tersebut dibawah ini :
1. Padi Varietas IR-64
Korelasi panjang malai dan jumlah bulir
Nilai korelasi antara kedua variabel pengamatan tersebut adalah 0,923, sehingga merupakan korelasi positif artinya semakin panjang malainya maka jumlah bulir juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang nyata. Karena thitung (4,158) > ttabel (3,182) .
Korelasi panjang malai dan jumlah biji
Nilai korelasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,77, sehingga merupakan korelasi positif, artinya semakin panjang malainya maka jumlah bijinya juga akan bertambah. Tetapi setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Karena t hitung (2,092) < t tabel (3,182), artinya walaupun terjadi hubungan antara panjang malai dengan jumlah biji tetapi hubungan tersebut tidak tampak terlihat nyata, karena faktor tumbuh padi ini selain dipengaruhi oleh faktor tumbuh gennya juga dipengaruhi faktor luar (lingkungan). Jadi, jika dilihat dari gennya bahwa malai yang panjang akan mempengaruhi banyaknya biji, tetapi jika lingkungan tumbuhnya tidak mendukung mak hal tersebut tidak akan terlihat.
Korelasi panjang malai dan bobot malai
Panjang malai disebut independent variabel (variabel bebas) dan panjang malai disebut dependent variabel (variabel tidak bebas), artinya panjang malai akan mempengaruhi bobot malai. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai koefisien korelasi adalah 0,737 artinya antar kedua variabel tersebut berkorelasi positif yaitu semakin panjang malainya maka bobot malainya semakin bertamabah. Kemudian untuk memastikan koefisien korelasinya, dilakukan uji t dan didapat t hitung < t tabel, ternyata antar panjang malai dan bobot malai ini tidak mempunyai hubungan yang nyata.
Korelasi jumlah bulir dan jumlah biji
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai korelasinya adalah 0,876, artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif sehingga semakin banyak jumlah bulirnya maka jumlah bijinya semakin banyak. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut tidak berkorelasi nyata karena, t hitung (3,139) < t tabel (3,182).
Korelasi jumlah bulir dan bobot malai
Koefisien korelasi yang didapat dari hasil perhitungan adalah 0,829, berarti antara kedua variabel pengamatan tersebut mempunyai korelasi positif. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut tidak menunjukkan adanya korelasi, dimana didapat nilai t hitung (2,574)< t tabel (3,182).hal ini dikarenakan faktor tumbuh dari suatu tanaman dipengaruhi oleh lingkungan. Kalau varietas tersebut diset untuk mempunyai hubungan yang positif antara jumlah bulir dan bobot malai, tetapi jika lingkungannya tidak mendukung maka hal tersebut tidak akan terlihat.
v Korelasi jumlah biji dan bobot malai
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien korelasinya adalah 0,989, artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yaitu jika jumlah bijinya bertambah maka bobot malainya juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, nilai t hitung (11,55) > t tabel (3,182), berarti antara kedua variabel tersebut memang berhubungan nyata.
2. Padi Varietas Ciherang
Korelasi panjang malai dan jumlah bulir
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien korelasinya adalah 0,976 artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yaitu jika panjang malai bertambah maka jumlah bulirnya juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, nilai t hitung (7,808) > t tabel (3,182), berarti antara kedua variabel tersebut memang berhubungan nyata.
Korelasi panjang malai dan jumlah biji
Nilai korelasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,992, sehingga merupakan korelasi positif, artinya semakin panjang malainya maka jumlah bijinya juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang nyata. Karena t hitung (13,58) < t tabel (3,182), artinya terjadi hubungan antara panjang malai dengan jumlah biji dan hubungan tersebut tampak terlihat nyata.
Korelasi panjang malai dan bobot malai
Koefisien korelasi yang didapat dari hasil perhitungan adalah 0,999, berarti antara kedua variabel pengamatan tersebut mempunyai korelasi positif. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut benar menunjukkan adanya korelasi, dimana didapat nilai t hitung (8,42) < t tabel (3,182) berarti memang benar bahwa antara panajng malai dan bobot malai ini mempunyai hubungan yang nyata.
Korelasi jumlah bulir dan jumlah biji
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai korelasinya adalah 0,973, artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif sehingga semakin banyak jumlah bulirnya maka jumlah bijinya semakin banyak. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi nyata karena, t hitung (7,427) < t tabel (3,182).
Korelasi jumlah bulir dan bobot malai
Nilai korelasi antara kedua variabel pengamatan tersebut adalah 0,0,982, sehingga merupakan korelasi positif artinya semakin banyak jumlah malainya maka jumlah biji juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang nyata. Karena thitung (9,01) > ttabel (3,182) .
Korelasi jumlah biji dan bobot malai
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien korelasinya adalah 0,991, artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yaitu jika jumlah bijinya bertambah maka bobot malainya juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, nilai t hitung (17,76) > t tabel (3,182), berarti antara kedua variabel tersebut memang berhubungan nyata.
3. Padi Varietas Sintanur
Korelasi panjang malai dan jumlah bulir
Nilai korelasi antara kedua variabel pengamatan tersebut adalah 0,142 sehingga merupakan korelasi positif artinya semakin panjang malainya maka jumlah bulir juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Hal ini dikarenakan thitung (0,249) > ttabel (3,182).
Korelasi panjang malai dan jumlah biji
Nilai korelasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,542, sehingga merupakan korelasi positif, artinya semakin panjang malainya maka jumlah bijinya juga akan bertambah. Tetapi setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Karena t hitung (1,066) < t tabel (3,182), artinya walaupun terjadi hubungan antara panjang malai dengan jumlah biji tetapi hubungan tersebut tidak tampak terlihat nyata, karena faktor tumbuh padi ini selain dipengaruhi oleh faktor tumbuh gennya juga dipengaruhi faktor luar (lingkungan). Jadi, jika dilihat dari gennya bahwa malai yang panjang akan mempengaruhi banyaknya biji, tetapi jika lingkungan tumbuhnya tidak mendukung mak hal tersebut tidak akan terlihat
Korelasi panjang malai dan bobot malai
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai korelasinya adalah 0,647 artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif sehingga semakin panjang malainya maka bobot malainya semakin berat. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata karena, t hitung (0,952) < t tabel (3,182).
Korelasi jumlah bulir dan jumlah biji
Koefisien korelasi yang didapat dari hasil perhitungan adalah 0,011, berarti antara kedua variabel pengamatan tersebut tidak mempunyai korelasi. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut tidak menunjukkan adanya korelasi, dimana didapat nilai t hitung (0,019) < t tabel (3,182) .
Korelasi jumlah bulir dan bobot malai
Nilai korelasi antara kedua variabel pengamatan tersebut adalah 0,543, sehingga merupakan korelasi positif artinya semakin banyak jumlah malainya maka jumlah biji juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Karena thitung (1,12) > ttabel (3,182) .
Korelasi jumlah biji dan bobot malai
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien korelasinya adalah 0,872, artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yaitu jika jumlah bijinya bertambah maka bobot malainya juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, nilai t hitung (2,699) > t tabel (3,182), berarti antara kedua variabel tersebut tidak berhubungan nyata.
4. Padi Varietas Cimalaya
Korelasi panjang malai dan jumlah bulir
Nilai korelasi antara kedua variabel pengamatan tersebut adalah 0,753 sehingga merupakan korelasi positif artinya semakin panjang malainya maka jumlah bulir juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Hal ini dikarenakan thitung (1,986) > ttabel (3,182).
Korelasi panjang malai dan jumlah biji
Nilai korelasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,712 sehingga merupakan korelasi positif, artinya semakin panjang malainya maka jumlah bijinya juga akan bertambah. Tetapi setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata. Karena t hitung (1,758) < t tabel (3,182), artinya walaupun terjadi hubungan antara panjang malai dengan jumlah biji tetapi hubungan tersebut tidak tampak terlihat nyata, karena faktor tumbuh padi ini selain dipengaruhi oleh faktor tumbuh gennya juga dipengaruhi faktor luar (lingkungan). Jadi, jika dilihat dari gennya bahwa malai yang panjang akan mempengaruhi banyaknya biji, tetapi jika lingkungan tumbuhnya tidak mendukung mak hal tersebut tidak akan terlihat
Korelasi jumlah bulir dan jumlah biji
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai korelasinya adalah 0,647 artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif sehingga semakin panjang malainya maka bobot malainya semakin berat. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata karena, t hitung (0,952) < t tabel (3,182
Korelasi panjang malai dan bobot malai
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai korelasinya adalah 0,773 artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif sehingga semakin panjang malainya maka bobot malainya semakin berat. Setelah dilakukan uji t, ternyata antara kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata karena, t hitung (2,112) < t tabel (3,182).
Korelasi jumlah bulir dan jumlah biji
Nilai korelasi antara kedua variabel pengamatan tersebut adalah 0,103, sehingga merupakan korelasi positif artinya semakin banyak jumlah malainya maka jumlah biji juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, ternyata antar kedua variabel tersebut menunjukkan korelasi yang tidak nyata karena nilai dari t hitung (0,116) < t hitung (3,182).
Korelasi jumlah biji dan bobot malai
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien korelasinya adalah 0,103, artinya antar kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yaitu jika jumlah bijinya bertambah maka bobot malainya juga akan bertambah. Setelah dilakukan uji t, nilai t hitung (0,179) > t tabel (3,182), berarti antara kedua variabel tersebut tidak berhubungan nyata.
Jika diantara keempat varietas diseleksi, maka yang mempunyai kemungkinan lolos dalam penyeleksian adalah varietas Ciherang, karena antar sifat- sifat yang diujikan itu mempunyai korelasi yang positif, artinya antara panjang malai, jumlah bulir, jumlah biji, dan bobot malai adalah saling mempengaruhi, sehingga jika varietas ini ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai, varietas ini akan dapat mempertinggi hasil produksinya.
Ditinjau dari sifat yang berhubungan maka korelasi dan percobaan yang dilakukan adalah termasuk sederhana. Karena hanya mengukur keeratan dua sifat / peubah misalnya panjang malai dengan bobot malai. Ada hubungan antara korelasi dengan persamaan regresi karena perhitungan koefisien korelasi dengan rumus didasarkan pada studi matematika dari garis regresi. Garis regresi diperoleh dari persamaan regresi. Selain itu korelasi membicarakan hubungan antara dua ciri atau lebih, sedangkan regresi kita menduga bentuk hubungan antar ciri-ciri tersebut sehingga keduanya punya hubungan yang sangat erat.
Dalam statistik, koefisien korelasi ituberhubungan dengan persamman regresi karena persamaan regresi menunjukkan bentuk persamaan hubungan antara 2 variabel atau lebih. Sedang koefisien korelasi menunjukkan erat tidaknya hubungan antar variabel tersebut (Sudjana,1983).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Besarnya korelasi antar dua sifat pada tanaman bervariasi, yaitu antara -1 sampai +1
2. Jika r = 0, berarti antar kedua sifat tersebut tidak berkorelasi
3. Jika r = 0 sampai +1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi positif
4. Jika r = 0 sampai -1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi negatif
Saran
Asisten sudah baik dalam memahami acar praktikum, semoga hal ini dapat berlanjut pada praktikum selanjutnya agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Daftar Pustaka
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Soepomo, R. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. Jakarta : Soeroengan
Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Bandung : Tarsito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar